Mazmur Ratapan West Papua

Selpius Bobii, Mazmur Ratapan di bawah ini kita mendaraskan atau doakan pada jam 12 siang dan jam 12 malam.

Alam raya adalah buah karya-Mu ya Allah: Engkau menciptakan segala sesuatu yang ‘tak ada’ menjadi ‘ada’ dengan firman-Mu; Di dalam firman yang keluar dari mulut-Mu mengandung kuasa ‘daya cipta’ Kecuali manusia pertama ‘Adam’ Kau mengukirnya dengan tangan-Mu; Dikau menciptakan manusia serupa dengan gambaran-Mu ya Allah; dan melengkapi manusia dengan akal budi sebagai pusat daya pikir, dan hati nurani sebagai pusat daya timbang.

Engkau juga menciptakan makhluk lain yang tak dapat dilihat dengan mata jasmani sebagai saksi-Mu di bumi, Mereka juga melaksanakan tugas yang Dikau berikan untuk melindungi dan memelihara keutuhan Ciptaan-Mu dan berperan sebagai saksi-Mu.

Sungguh mengagumkan buah karya-Mu ya Bapa; Engaku mendandani alam raya dengan kemuliaan-Mu, Keelokan alam raya mewartakan keagungan-Mu yang maha dasyat; Pesona kemuliaanMu terpatri dalam semua ciptaanMu; Engkau menciptakan aneka macam planet; Dan menempatkan semua mahluk ciptaan-Mu di planet bumi ini; Dikau membentuk beragam benua dan pulau; Dikau menempatkan segala suku dan bangsa di berbagai benua dan gugusan pulau dengan batas-batasnya yang amat jelas.

Padamulanya dunia hidup dalam suasana damai sejahtera dipenuhi kemuliaan-Mu ya Bapa; Manusia awalnya menikmati buah karya-Mu dengan bebas tanpa perbudakan; Namun dalam sejarah perjalanan bangsa manusia dipenuhi berlumuran air mata darah; Suku bangsa yang satu bangkit melawan suku bangsa yang lain; Bangsa yang satu bangkit melawan bangsa yang lainnya. Ini semua terjadi karena ‘ada golongan bangsa manusia tertentu’ yang merasa dirinya paling unggul dan lebih beradab.

Mereka memandang suku bangsa lain, atau bangsa lain tidak beradab, primitif, kolot, dan jijik; Kaum yang merasa diri paling unggul dan beradab melahirkan ‘rasisme’ Rasisme melahirkan ‘ketidak-adilan’ Ketidak-adilan melahirkan pelanggaran HAM dalam segala aspek kehidupan, penaklukan dan penguasaan wilayah baru, melahirkan kemelaratan, kemiskinan struktural, diskriminasi, marginalisasi, meminoritasi, pemusnahan etnis dan lain sebagainya.

Ya Tuhan, bangsa Papua adalah korban dari penjajahan bangsa lain yang merasa dirinya paling unggul dan beradab; Padahal padamulanya nenek moyang mereka juga tentu hidup dalam penuh keterbelakangan, keterbatasan dan primitive. Namun, karena ya Bapa Engkau terlebih dahulu memberkati mereka, Engkau terlebih dahulu membuka mata akal-budinya, artinya mengenal budaya tulis-menulis; Oleh karenanya peradaban bangsanya berkembang dengan cepat.

Ya Bapa, jika Engkau tidak membuka mata akal-budi mereka terhadap segala realita alam raya dan tidak menuntunnya untuk mengenal budaya tulis-menulis, maka sesungguhnya mereka juga sama keadaannya dengan bangsa-bangsa lain yang hanya mengenal budaya lisan; Mereka tidak mengucap syukur atas hujan berkatMU yang terlebih dahulu diturunkan kepada mereka;

Sesungguhnya dengan berkatMu yang diterima dengan cuma-cuma itu, mereka gunakan untuk memberkati bangsa-bangsa lain yang belum berkembang dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, terlebih dahulu menuntun suku bangsa yang dipandang primitif itu untuk mengenal budaya tulis menulis.

Ya Bapa, walaupun mereka telah melaksanakan tugas mulia itu, tetapi motivasi mereka tidak murni; Motivasi utama mereka adalah penguasaan wilayah baru untuk kepentingan politik dan ekonominya, mereka menunjukkan kekuatannya dengan penuh kesombongan bahwa mereka berkuasa melakukan apa saja, dan hal itu terkait dengan ‘kekuasaan politik’; dan untuk mencapai ‘kekuasaan politik’ itu didukung oleh ‘kekuatan ekonomi’.

Penaklukan wilayah baru demi ‘Gold, Gospel’ and Glory (Emas, Injil dan Kejajaan); Pekabaran Injil sebagai jalan masuk untuk menguasai sumber-sumber ekonomi di wilayah baru; ‘Kepentingan ekonomi’ adalah ‘kata kunci’ dari penjajahan dan perbudakan itu; Walaupun demikian, ya Bapa, Engkau memakai mereka untuk mewartakan Injil sampai ke ujung bumi, walau cara-cara yang ditempuhnya tidak terlepas dari penjajahan dan penjarahan; Di tengah penjajahan dan penjarahan, pewartaan Injil serta pengenalan budaya tulis-menulis pun dijalankan sebagai jalan untuk memuluskan penguasaan wilayah baru secara politik dan ekonominya, serta sebagai pelengkap untuk penguasaan politik dan ekonomi di wilayah baru itu dibekap dengan kekuatan militer (aparat keamanan – polisi dan pertahanan – tentara) sebagai alat paksa, agar masyarakat setempat tunduk dan taat kepada penguasa (kolonial).

Ya Bapa yang maha pengasih, Engkau memperkenankan bangsa lain masuk ke Tanah Papua untuk mempersiapkan orang asli Papua demi terwujudnya rencana-Mu di Tanah Papua, namun Engkau tak merestujui segala bentuk penindasan dan penjarahan besaran-besaran yang dilakukan oleh bangsa-bangsa lain yang sudah pernah dan sedang menduduki Tanah Papua; Bangsa Papua sudah satu setengah abad berada dalam penaklukan bangsa-bangsa lain; Papua dari pangkuan Belanda ke pangkuan Jepang, dari Jepang kembali ke pangkuan Belanda, dan dari tangan Belanda diserahkan ke sebuah badan PBB – UNTEA, dan Papua dari tangan UNTEA dipaksa masuk ke pangkuan NKRI.

Di depan mataMu ya Bapa, bangsa Papua bagian barat merana seorang diri dari episode demi episode, dari pangkuan yang satu ke pangkuan berikutnya; Tak terbayangkan betapa banyaknya manusia Papua korban berguguran akibat kekejaman kaum manusia yang merasa dirinya paling super dan beradab; Orang asli Papua gugur bagaikan daun di musim semi; Mereka hilang lenyap bagaikan uap air; Mereka pergi tanpa berkata, tanpa perlawanan; Alam semesta Papua menjadi saksi bisu.

Ya Tuhan, Dikau tahu bahwa Tanah Papua sudah dan sedang memandi darah; merahnya ‘api’ bisa dipadam, tetapi ‘merahnya darah’ di Tanah Papua tak kunjung padam; Air mata darah Papua terus membasahi pelosok negeri Cenderawasih.

Tanah Damai’ berubah menjadi ‘Tanah Darah’ ‘Tanah Leluhur’ berubah status menjadi ‘Tanah Jajahan’ ‘Tanah Kasih’ beralih wujud menjadi ‘Tanah Kekerasan’ Negeri Cenderawasih menjadi pekuburan umum; Pusara tak bernama dapat dijumpai di mana-mana di pelosok negeri Papua; Tulang belulang manusia Papua dapat dijumpai di gunung, di bukit, di lembah, di pesisir pantai, di laut, di kali dan di danau.

Ya Bapa, bangsa Papua terus menerus meratap; Dari episode ke episode, dari Pangkuan ke Pangkuan – Papua tak berhenti meratap; Meratapi kehilangan anak, meratapi kehilangan ayah, meratapi kehilangan mama, meratapi kehilangan suami, meratapi kehilangan isteri, meratapi kaum kerabatnya, meratapi kehilangan dusunnya, meratapi kehilangan hutan sebagai sumber penghidupannya, Meratapi kehilangan pekerjaannya, meratapi kehilangan hak-hak dasarnya, meratapi sungai-kali – danau yang jernih berubah menjadi kabur dan kotor di penuhi sampah dan limbah perusahaan raksasa para kapitalis lokal, nasional dan global, Ini sungguh menyedihkan ya Tuhanku!

Atas kehendakMu ya Bapa, Dikau perkenankan bangsa Papua bangkit bersuara, Gong perlawanan dikumandangkan di seantero Papua; Awalnya bangsa Papua menempuh perjuangan dengan jalan damai pada tahun 1960-an, tetapi karena penjajahan Indonesia atas orang asli Papua paling kejam dan bengis, maka gong perlawanan dengan senjata di Arfai Manokwari Papua dicetuskan di bawah pimpinan Lodewik Mandacan dan adiknya pada 18 Juli 1965, Selama puluhan tahun gong perlawanan bergema di rimba raya Papua menghadapi operasi-operasi militer dari TNI-POLRI; Walaupun ya Bapa, perjuangan dengan cara kekerasan Dikau tidak merestujuinya.

Ya Bapa yang maha suci, atas perkenaanMu, perjuangan bangsa Papua dari rimba raya masuk di dalam kota; sejak tahun 1978 perjuangan bangsa Papua masuk di dalam kota dengan memproduksi lagu-lagu nuansa budaya Papua melalui group Mambesak di bawah pimpinan Tn Arnold Cup. Pada tahun 1980-an perjuangan dengan damai masuk kota ditandai dengan peristiwa-peristiwa pengibaran Bendera Bintang Fajar secara damai; Negara Indonesia menyikapi perjuangan damai di dalam kota dengan tangan besi.

Hampir semua rakyat sipil Papua yang berjuang dengan damai di dalam kota diperlakukan tidak bermanusiawi, ditangkap, dianiaya, diperkosa, ada yang diculik dan dibunuh dengan sadis, serta dipenjara; Sementara para gerilyawan tetap melakukan perjuangan di rimba raya Papua menghadapi operasi-operasi militer yang dilancarakan oleh TNI-POLRI atas perintah pimpinan tertinggi pertahanan dan keamanan, serta presiden RI atas persetujuan DPR-RI dan MRP-RI.

Banyak rakyat sipil yang tertembak mati dan terluka, akibat kontak senjata antara militer Indonesia dan TPNPB-OPM, serta banyak kerugian yang dialami masyarakat Papua akibat operasi-operasi militer yang tak henti-hentinya yamg diterapkan oleh Negara Indonesia menghadapi gerilyawan TPNPN-OPM selama Papua dalam pangkuan NKRI.

Ya Bapa yang maha kuasa, atas perkenaan-Mu pula, rakyat Indonesia menurunkan pemerintahan tangan besi, presiden Soeharto dari singgasana, sehingga momentum itu memberikan ruang dan kesempatan bagi bangsa Papua untuk menata kembali barisan perjuangan, maka diselenggarakanlah Musyawarah Besar (MUBES Papua) dan Kongres II Papua pada tahun 2000.

Dalam forum demokrasi yang menentukan itu memutuskan bahwa perjuangan bangsa Papua ditempuh dengan cara-cara yang bermartabat – perjuangan dengan damai; Perjuangan dengan damai adalah perjuangan kudus, suci dan mulia, maka hingga kini rakyat bangsa Papua, dalam hal ini sipil dalam kota dan orang Papua rantauan di kota-kota studi di Indonesia, serta di luar negeri mengawal perjuangan Papua dengan jalan damai; sementara TPN-OPM sudah lama bertahan di rimba raya Papua dari tahun 1965 menghadapi operasi-operasi militer TNI-POLRI yang berusaha keras menumpas pergerakan bangsa Papua.

Ya Bapa yang kekal, Dikau tahu bahwa perjuangan ini diperjuangkan hingga kini sudah tiga generasi; Generasi pertama yang telah merintis perjuangan ini sudah tiada; Kemudian perjuangan ini diteruskan oleh generasi ke dua; Kini generasi kedua ada yang sudah tiada dan hanya sedikit orang masih mengabdi, Dan kami adalah generasi ketiga bersama generasi kedua yang tersisa sedang mengawal perjuangan penegakkan keadilan ini; Ya Bapa, kami telah bertekad untuk mengakhiri penindasan ini pada generasi ketiga, agar di era generasi ke empat yang sedang tumbuh mekar di tengah penjajahan ini, nantinya mengisi kemerdekaan itu; Inilah kerinduan kami yang menjadi harapan; Sekiranya Bapa mendengar rintihan derita bangsa Papua dan menjawab kerinduan umat-Mu yang mengembara dalam padang derita.

Ya Tuhan, sudah puluhan tahun bangsa Papua bersuara ke Barat, ke Utara, ke Selatan dan ke Timur; tetapi suara Papua jatuh di padang sunyi, seruan Papua dibuang ke tong sampah; Belakangan ini walau ada yang mendengar, namun itu tak mampu menghentikan darah Papua; Belakangan ini ada pihak tertentu yang peduli dengan derita Papua, tetapi itu tak mampu memadamkan api yang terus membara.

Ya Bapa di depan mata-Mu, ‘isu Papua’ merdeka dijadikan sebagai aset bisnis dari pihak-pihak tertentu; isu Papua dijadikan untuk menaikan pangkat, mendapat kekuasaan (promosi jabatan); isu Papua juga dipakai untuk mendapatkan uang untuk kepentingan sekolah (kuliah), untuk kepentingan hidup berfoya-foya; isu Papua juga digunakan untuk meningkatkan kerja sama dengan Negara Indonesia; Papua menjadi korban demi kepentingan ekonomi kapitalisme lokal, nasional dan global; Papua bagai kancil kecil yang terinjak di antara gajah-gajah raksasa dunia yang saling bertarung menguasai sumber-sumber ekonomi di Tanah Papua; Para pembesar hanya sibuk dengan kepentingan ekonominya; Manusia Papua korban di atas korban akibat pengisapan ekonomi di Tanah Papua.

Ternyata ‘dunia’ tak mampu menghentikan ‘darah Papua‘ yang terus menetes di Tanah Papua; Ya Bapa, beratnya penderitaan yang menimpa Papua; Betapa beratnya salib yang dipikulnya; Ya Bapa, atas salah siapa dan dosa siapakah, sehingga penderitaan yang berat ini Dikau embankan ke atas pundak bangsa Papua? Jawablah kami ya Bapa, karena Dikau maha tahu dan maha adil.

Ya Allah, sudah puluhan tahun tanah Papua dijadikan sebagai arena pertarungan para kapitalis lokal, nasional dan global; orang Papua diinjak-injak oleh para kapitalis ini; Mereka menguasai Tanah Air; Tanah Papua bagai tanah tidak bertuan; Kaum kapitalis dunia ini menguasai dan merampok hasil kekayaan tanah Papua; Mereka membagi-bagi hasil jarahannya untuk kenikmatan semata; Sementara kami masyarakat setempat semakin melarat; Mereka menikmati hidup ini dari hasil rampasan kekayaan kami, mereka berpesta pora sambil menari-nari di atas air mata darah orang asli Papua – pemilik negeri ini.

Ya Bapa, Dikau menempatkan kami orang Papua – berambut keriting dan berkulit hitam ini di Tanah Papua, dilengkapi dengan kekayaan alam yang berlimpah ruah; namun di depan mata-Mu Tuhan orang asli Papua mati terinjak punah di antara para kapitalis dunia yang bertikai menguasai kekayaan yang Engaku siapkan bagi bangsa Papua; Bangsa Papua hidup melarat di tengah hiruk pikuknya para kapitalis lokal, nasional dan global yang menguasai pusat-pusat ekonomi; Mereka memperalat orang asli Papua tertentu hanya untuk memuluskan kepentingan ekonomi mereka di Tanah Papua; Demi menguasai sumber-sumber ekonomi, orang setempat diintimidasi, diteror, dianiaya, dibantai dan direlokasi.

Kami tidak ada kekuatan untuk menghentikan perampokan kekayaan alam Papua dari para konglomerat dunia; Ketika kami protes, kami selalu dihadapkan dengan para algojo Indonesia yang memang disiapkan untuk mengamankan asset-aset bisnisnya; Para algojo memasang jerat, agar supaya kami terjerat; Para algojo menaruh batu di jalan, agar kami tersandung; Kami selalu ditempatkan pada pihak yang bersalah; Pada hal kami orang Papua adalah pemegang hak atas Tanah dan segala yang ada di atas, di permukaan dan di dalam perut bumi Papua; Orang Papua menjadi penonton di tengah hiruk pikuknya perampokan besar-besaran atas sumber-sumber kekayaan yang ada di Tanah Papua oleh para kapitalis lokal, nasional dan global.

Ya Bapa di depan mata-Mu telah terjadi bahwa hak kesulungan bangsa Papua dicaplok ke dalam NKRI; Kepentingan ekonomi kapitalis menjadi alasan utama dikorbankannya hak kesulungan bangsa Papua; Ketika bangsa Papua menuntut hak kesulungan kami untuk diakui sebagai ‘bangsa yang berdaulat secara politik’, kami dihadapkan dengan para algojo Indonesia; Beragam operasi terbuka dan tertutup diterapkan oleh Indonesia untuk meredam dan menumpas gerakan perjuangan bangsa Papua; Walaupun kami menyuarakan kebenaran, namun pihak penguasa memutar-balikkan kebenaran itu dan berusaha membengkokannya; Walaupun kami menuntut keadilan dengan damai, namun penguasa Indonesia menjawabnya dengan memasang jerat, agar kami terjerat, dan menaruh batu agar kami tersandung.

Bahkan pula sesama Papua tertentu dipasang penguasa Indonesia menjadi kaki tangannya; Para kaki tangannya ini memainkan perannya untuk membendung gerakan pembebasan; Sebagai balasannya, para kaki tangan RI mendapat HARTA, TAHTA dan WANITA dari Indonesia dan para sekutunya.

Ya Bapa yang kekal, mengapakah Engkau membiarkan kami orang Papua makin melarat dan terancam musnah di negeri leluhur kami? Mengapakah Engkau terus membiarkan para kapitalis dunia ini menginja-injak kami masyarakat setempat, agar dengan leluasa menjarah beragam kekayaan alam di Tanah ini?

Mengapakah Engkau tidak memberi kami kesempatan ‘merdeka berdaulat’ untuk mengatur rumah Papua sendiri, agar nantinya beragam kekayaan alam yang ada itu diatur oleh orang asli Papua untuk kepentingan bangsa Papua sendiri dan juga kepentingan bangsa lain demi terwujudnya damai sejahtera di dunia? Berapa lama lagi ya Bapa, kami merana seorang diri mencari keadilan untuk perdamaian dan kesejahteraan di bumi ini?

Ya Bapa yang penuh kasih setia; sesungguhnya kedamaian dan kesejahteraan itu ada pada kami, ada di dalam diri kami, ada di Tanah Papua; Akan tetapi ‘kedamaian’ itu tidak akan terwujud, dan ‘kesejahteraan lahir bathin’ itu tak akan tercapai, jikalau Engkau terus membiarkan bangsa lain menduduki di Tanah Papua untuk menjajah dan menjarah dengan tangan besi.

Ya Bapa yang maha adil, bangsa Papua memohon dari lubuk hati kami yang paling dalam serta dengan penuh kerendahan hati bahwa: ‘Turunkanlah hujan berkat keadilanMu ke atas bangsa Papua – bangsa yang menderita di ufuk Timur ini, agar bangsa Papua mewujudkan rencana dan kehendakMu pada menjelang akhir zaman bahwa ‘Papua menjadi saksi-Mu bagi dunia’ untuk mempersiapkan kedatangan Yesus yang kedua kali untuk memimpin Kerajaan 1000 tahun sesuai amanat firmanMu.

Ya Bapa yang maha kudus, selama puluhan tahun bangsa Papua sudah mencari keadilan di dunia ini, namun di dalam pengadilan yang menegakkan keadilan pun, kami tidak menemukan keadilan di sana; Kami juga tidak menemukan keadilan dalam forum-forum para pembesar di dunia, seperti PBB; Ternyata forum PBB diselenggarakan bukan untuk menjamin keadilan dan perdamaian dunia, tetapi forum PBB dibentuk untuk menjamin dan meloloskan kepentingan para konglomerat (kapitalisme global).

Bangsa Papua adalah korban dari konspirasi kepentingan yang dijamin dan diloloskan oleh PBB atas skenario presiden Amerika Serikat, John F. Kennedy; Hingga kini forum PBB tidak bertanggung jawab atas kesalahan masa lalunya, yang kini berdampak pada terancam musnahnya etnis Papua secara perlahan-lahan (slow moving genocide).

Di depan mataMu ya Bapa, para tokoh Papua bagai pohon-pohan yang tinggi menjulang, sedang ditebang satu persatu oleh Negara Indonesia; Mereka ditumbangkan satu persatu melalui berbagai cara; Kini tinggallah beberapa pohon tinggi yang masih tersisa; Sehingga ibu bumi Papua sedang mengalami kekeringan, karena akar dari pohon-pohon tinggi yang menyimpan cadangan air sedang berkurang; Pohon-pohon tinggi yang dedaunannya rindang, yang selama ini memberikan kesejukan bagi masyarakat akar rumput Papua, yang berlindung di bawahnya, sedang kepanasan mencari perlindungan; Kesuburan ibu bumi Papua mulai berkurang, karena dedaunan pohon tinggi menjulang yang selalu menghasilkan humus, banyak yang sudah ditebang oleh Indonesia atas kerjasama para sekutunya.

Ya Bapa, di depan mataMu, para penjajah berpesta pora merayakan keberhasilannya setelah menebang banyak tokoh Papua bagai pohon-pohon tinggi menjulang di Tanah Papua; Target para penjajah adalah dengan ditebang habisnya pohon-pohon tinggi, maka ibu bumi Papua akan mengalami kekeringan karena cadangan airnya tak ada, ibu bumi akan menjadi tandus, karena tak ada dedaunan yang membusuk jadi pupuk, dan masyarakat akar rumput akan mati kepanasan, karena pohon tempat berlindungnya sudah ditebang. Ya Bapa, kami berdoa dengan kerendahan hati: ‘mohonlah kiranya ya Bapa menjaga para tokoh Papua yang masih tersisah, demi menyelamatkan ibu bumi Papua dari kekeringan dan ketandusan; dan menyelamatkan akar rumput Papua dari panas membara yang paling mematikan’.

Bangsa Papua melayangkan padangan ke Barat, ke Utara, ke Selatan dan ke Timur, namun tak ada upaya pertolongan yang sungguh-sungguh dari para pembesar di dunia untuk menghentikan penebangan para tokoh Papua yang paling berpengaruh, yang berpandangan luas dan berkarakter serta berjiwa membangun; Para pembesar dunia juga tidak tergerak hatinya untuk memadamkan api yang terus membara memakan habis masyarakat akar rumput Papua; Dunia berlomba-lomba datang ke Papua hanya untuk menjajah dan menjarah.

Ya Bapa, Dikau mengetahui bahwa demi mempertahankan integritas wilayah NKRI, integritas manusia Papua dikorbankan; Untuk mempertahankan ‘kedaualatan wilayah NKRI’, ‘kedaulatan rakyatnya’ dikorbankan; Ketika ‘kedaulatan rakyat’ tidak dihargai dan dikorbankan, maka sesungguhnya ‘kedaulatanMu ya Allah’ di dalam ‘diri manusia’ dinodai, dilecehkan dan tidak dihargai, sebab ‘manusia’ yang disebut ‘rakyat’ itu adalah gambaran Allah yang kelihatan, karena manusia adalah ciptaanMU yang serupa dan segambar denganMu, ya Bapa.

Berapa lama lagi bangsa Papua harus menderita ya Bapa? Tak cukupkah banyaknya air mata darah Papua yang tercurah memenuhi kirbat-Mu selama ini? Bukankah Tuhan menenpatkan manusia Papua di Tanah ini dengan maksud tertentu? Kapankah Bapa menggenapi rencana dan ketetapanMu yang telah Dikau janjikan itu?

Ya Bapa yang maha pengasih dan penyayang, pulihkan hak kesulungan bangsa Papua yang telah dianeksasi ke dalam NKRI; Pulihkanlah hidup kami sebagaimana sediakala para nenek moyang kami menikmati semua yang Dikau siapkan di atas tanah ini tanpa rasa takut, tanpa perbudakan serta tanpa adanya penjarahan.

Ya Bapa yang maha suci, untuk mengawal pemulihan bangsa Papua, pada hari Minggu, 4 Oktober 2020 pada jam 00.30 malam di Tunas Harapan, Port Numbay (Jayapura) – Papua, di dalam nama-Mu Allah Tritunggal, kami meluncurkan secara resmi: “JARINGAN DOA REKONSILIASI untuk PEMULIHAN PAPUA” Di dalam nama-Mu Tuhan, bagi siapapun yang terlibat dan peduli dengan PEMBEBASAN bangsa Papua dari belenggu penjajahan RI dan para sekutunya, yang selama ini mendukungnya dalam ‘Doa-Puasa’ di manapun berada adalah menjadi ‘Tim Doa’ dalam ‘Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua’. Maka itu, di dalam namaMu Allah Tritunggal: ‘Kami semua yang terlibat penuh dan peduli dengan pembebasan bangsa Papua di mana saja berada yang mendukungnya dalam ‘Doa-Puasa’, ditetapkan secara resmi menjadi Tim Doa dari Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua’ Ya Bapa berkatilah kami semua dan pakailah kami dengan bantuan Roh-Mu menjadi agen Rekonsiliasi untuk Pemulihan Bangsa Papua bagi perdamaian dunia, hanya demi hormat dan kemuliaan namaMu).

Ya Bapa yang maha adil, bangsa Papua merindukan ‘surga dunia’ yang sudah terhilang; Papua merindukan ‘zaman bahagia’ di mana tiada ratap dan tangis; Bawalah bangsa Papua ke dalam rencana dan kehendak-Mu; Hanya Dikaulah yang memiliki Otorita Tertinggi untuk memutuskan mata rantai penjajahan ini. Hanya kepada-Mu Bapa, bangsa Papua bermohon, berpasrah serta berharap. AMIN.

Mazmur Ratapan ini didaraskan oleh Selpius Bobii pada jam 00.00 – 00.33 malam dalam ‘Doa Pemulihan Bangsa Papua’, di Tunas Harapan – Port Numbay (Jayapura) – Papua, Minggu 4 Oktober 2020.